Jember, Paguyuban Petani Jember (PANIJEM) bekesempatan diskusi dengan pasangan Cabup Cawabup Salam-Fan. Dalam kesempatan itu petani mengeluhkan tentang langkanya pupuk dan murahnya harga saat panen raya.
Salam-Ifan banyak mendapat curhatan dari para petani soal pupuk dan harga jual hasil penen. Harapan besar para petani berada dipundak pasangan SAIF untuk memperjuangkan hak dan kebutuhan petani di Jember.
“Pupuk saat ini sulit. Bagaimana nanti saat memimpin Jember, pasangan SAIF ini bisa menjamin ketersediaan pupuk bagi petani. Belum lagi harga jual hasil panen yang cenderung murah saat panen raya. Disini pemerintah daerah harus hadir untuk para petani agar sejahtera,” tutur Sugiono salah satu petani di Jember.
Apa yang dikeluhkan oleh petani hamper rata-rata sama. Pupuk menjadi problem utama selain jaminan harga jual hasil pertanian. Menurut mereka, itu adalah PR besar pasangan SAIF ketika menjadi pemimpin di Kabupaten Jember nantinya. Jika pasangan ini sanggup untuk membela kepentingan petani, bukan tidak mungkin dukungan petani akan mengalir deras untuk pasangan ini.
Sementara menurut Ifan Ariadna Wijaya, apa yang diinginkan oleh petani adalah hal yang wajar. Bahkan menurutnya, tanpa dimintapun seharusnya pemerintah dalam hal ini hadir untuk memenuhi kebutuhan petani. Baik itu soal ketersediaan pupuk maupun jaminan harga panen.
“Kami berdua (sambil menunjuk Abdus Salam) pasangan SAIF akan hadir untuk petani. Tanpa dimintapun kami akan menjadikan pertanian salah satu prioritas program kerja kami ketika ditakdirkan oleh Allah menjadi pemimpin Jember,” tegas Ifan.
Beberapa langkah yang akan dilakukan pasangan SAIF, menurut Ifan ialah dengan membentuk Badan Umum Milik Daerah (BUMD) yang khusus membawahi pertanian dan perkebunan. Sehingga BUMD ini nantinya akan fokus begaiaman menjamin kesejahteraan para petani di Jember.
Hal senada juga diungkapkan Cak Salam panggilan akrab Abdus Salam. Menurutnya, konsep pemerintahan yang akan ia lakukan bersama Mas Ifan ialah, bagaimana pemerintah daerah Kabupaten Jember mendorong agar terbentuknya lumbung-lumbung pertanian di tiap-tiap desa.
Salam bercerita; Kerawanan pangan masih menjadi permasalahan di Indonesia, dan kerawanan pangan sangat berkaitan dengan kemiskinan. Upaya penanganan kerawanan pangan juga berarti untuk mengatasi kemiskinan, demikian pula sebaliknya. Cak Salam berargumen bahwa perbaikan ketahanan pangan merupakan cara yang paling optimal untuk mengatasi masalah kemiskinan, yang memiliki pengertian yang sangat kompleks, di mana kemiskinan tidak hanya menyangkut kekurangan pendapatan.
“Sejalan dengan itu, penanganan atau pengurangan kerawanan pangan harus menjadi fokus perhatian, karena disamping mengatasi kemiskinan juga sekaligus akan meningkatkan ketahanan pangan masyarakat terutama di Jember,” terangnya.
Lanjut Cak Salam, ketahanan pangan bukan persoalan produksi semata tetapi lebih kepada persoalan manajemen investasi dibidang non pangan dan non pertanian sebagai bagian dari pencapaian ketahanan pangan.
Buat pasangan SAIF, apa yang dilakukan para petani kepada dirinya itu memberikan makna dan pesan sangat penting, bahwa dirinya tak boleh main-main, apalagi menganggap sepele masyarakat bawah, termasuk petani. Mereka adalah orang-orang yang harus mendapat sentuhan nyata dengan berbagai kebijakan yang pro rakyat.
“Kalau rakyat kecil begitu hormat kepada pemimpin, harusnya pemimpin juga bisa lebih hormat kepada rakyatnya. Jangan mentang-mentang jadi pemimpin kemudian memperlakukan rakyat seenaknya,” tegas Cak Salam.
Baik Cak Salam dan Mas Ifan berjanji, jika terpilih nanti, berbagai upaya akan dilakukan lewat kebijakan yang dibuatnya untuk lebih memperhatikan nasib para petani, terutama dalam konteks mendorong mereka menuju swasembada pangan.
“Kalau kita mau jujur, sebagian nasib dan masa depan kita itu ada pada para petani yang terus bekerja keras menghasilkan taninya baik berupa padi, buah-buahan dan sayuran,” imbuh Ifan.
Sebelum meninggalkan lokasi, keduanya juga berpesan kepada para petani untuk tidak segan-segan mengingatkan dan menegur dirinya jika ada sikap, perkataan atau bahkan kebijakan yang dinilainya tidak baik, apalagi merugikan rakyat.
“Mohon ibu-ibu, bapak-bapak, jangan sungkan ingatkan saya, tegur saya, jika suatu saat saya dianggap salah,” tegas keduanya. (*)