Scroll to continue reading

Berkah Pandemi (2): Alumni Pesantren Manfaatkan Ngaji Kitab Virtual di Media Sosial

Jember -- Pandemi Covid-19 yang masih belum bisa dipastikan kapan akan berakhir memaksa hampir seluruh umat manusia di muka bumi menyesuaikan diri dengan kenormalan baru. Termasuk pengajaran di pesantren yang kembali berjalan secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan.


Sejak akhir Maret 2020, berbagai pesantren di Indonesia harus memulangkan santrinya untuk mencegah timbulnya klaster penularan Covid-19. Namun sejak Agustus 2020, para santri mulai kembali ke pondok untuk menjalankan aktivitas pembelajaran.


Pondok Pesantren Mabdaul Maarif (Madaf) di Desa/Kecamatan Jombang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, termasuk yang paling akhir kembali memanggil santri kembali ke pondok. Pendidikan tatap muka di pesantren ini dimulai 15 September 2020. 


“Kita sempat diprotes dan banyak wali santri yang bertanya kapan pembelajaran akan dimulai kembali. Karena sudah cukup lama ada di rumah. Memang sempat beberapa kali mundur dari jadwal karena kita belum sepenuhnya siap dengan fasilitas,” ujar salah satu pengajar di Pondok Pesantren Mabdaul Maarif, Rijal Mumazziq Zionis dikutip dari jatimnet.com, Sabtu, 31 Oktober 2020.


Pihak pesantren memilih berhati-hati dengan mempersiapkan protokol kesehatan dengan sungguh-sungguh. Mulai dari membangun fasilitas cuci tangan, penyediaan masker bagi santri, dan pengadaan sarana penyaring kebersihan udara (air purifier), dan berbagai fasilitas lain sesuai protokol.


“Kita jelaskan kepada masyarakat dan wali santri, bahwa kita baru akan memulai setelah semuanya siap sesuai protokol. Sebelumnya, kita juga berkoordinasi dengan Satgas Covid serta pemerintah desa. Sebelum santri masuk, kita adakan rapid test bekerjasama dengan Puskesmas,” tutur pria yang juga Rektor Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah (Inaifas) Kencong, Jember ini.





Terdapat hal yang berbeda pada suasana pengajian kitab di pesantren sejak adanya pandemi. Santri diimbau tetap menjaga jarak. Meski pengajian kitab sudah dilakukan secara tatap muka, namun pengajian secara virtual atau online tetap dijalankan.

Sebelumnya, pengajian kitab disiarkan secara langsung melalui akun Facebook dan Instagram milik pesantren saat santri dipulangkan ke rumah masing-masing.


“Sejak pandemi, kita mulai berlakukan pengajian virtual. Dan kita putuskan tetap pertahankan meski santri sekarang sudah kembali ke pondok,” ujar Rijal.


Pengajian kitab secara virtual seolah jadi berkah tersendiri bagi santri alumni yang sudah lulus dari pesantren. Seperti yang dirasakan Bryan Nuril Inzaghi, alumni Pesantren Mabdaul Maarif yang sedang menyelesaikan studi di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.


Diakui Bryan, pandemi cukup mengacaukan rencana kegiatan yang sudah ia susun. Namun, ia mendapatkan hikmah karena sejak ada pandemi, ia bisa mengikuti pengajian kitab di pesantren tempat ia menimba ilmu sebelumnya.


“Dulu, saya hanya bisa mengaji kitab ketika pulang ke rumah yang kebetulan dekat pesantren. Namun dengan kondisi saat ini, dibantu teknologi, saya bisa mengikuti pengajian yang ada di pesantren setiap hari. Mungkin keberadaan covid-19 memang menghambat, namun juga ada hikmahnya,” ujar pemuda yang kuliah di jurusan Elektronika Instrumentasi, FMIPA dan jurusan Teknologi Kendali, Fakultas Vokasi UGM.


Menurutnya, mengaji kitab secara virtual memang berbeda dan ada keuntungan tersendiri. Selain lebih santai, materi yang tertinggal juga bisa diulang. Karena video yang ditayangkan di media sosial seperti Facebook dan Instagram bisa direkam.


Ngaji online serasa ngaji secara privat karena berhadapan langsung dengan kiainya. Disisi lain, saya bisa mengaji sambil selonjoran dan bisa menyimak sambil menyelesaikan pekerjaan,” kata mahasiswa yang kerap mewakili UGM di sejumlah ajang ilmiah internasional.


Bryan berharap, ngaji online di pesantrennya bisa terus berlangsung. “Mungkin dengan adanya live ngaji dapat membantu syiar dakwah di dunia maya dan juga mengobati para alumni yang rindu pondok,” kata Bryan.

close