Apa itu Black Friday? Begini Cerita Awalnya
Black Friday apa itu? diartika per kata Black = hitam /gelap, friday = hari jumat. Jadi bisa diartikan sebagai hari jumat hitam.
Istilah Black Friday ini muncul pada tahun 1869. Pada waktu itu, harga emas anjlok yang menyebabkan kehancuran pasar. Efeknya terjadi selama bertahun-tahun terhadap perekonomian Amerika Serikat.
Penyebutan Black Friday kembali kembali muncul medio 1950 hingga 1960-an di Philadelphia. "Departemen Kepolisian Philadelphia menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan kemacetan lalu lintas dan kerumunan toko ritel di pusat kota yang padat," ujar perancang kostum dan penulis "How to Win at Shopping", David Zyla.
Menurut dia, istilah itu kali pertama muncul dalam sebuah iklan yang dimuat oleh The American Philatelist edisi 1966, sebuah majalah tentang kolektor perangko.
"'Black Friday' adalah nama yang diberikan oleh Departemen Kepolisian Philadelphia untuk hari Jumat setelah Hari Thanksgiving. Ini bukan istilah 'menggembirakan' untuk mereka. 'Black Friday' secara resmi membuka musim belanja Natal di pusat kota, dan biasanya membawa banyak kemacetan lalu lintas dan trotoar yang terlalu padat karena toko-toko di pusat kota dikerumuni dari waktu buka hingga tutup". Bukti lain menunjukkan bahwa istilah ini muncul dari polisi di Philadelphia.
Seorang reporter senior yang bertugas di kepolisian, Joseph P Barrett, mengenang perannya dalam penggunaan istilah "Black Friday."
Ia menuliskannya melalui sebuah artikel yang dipublikasi Philadelphia Inquirer pada 1994. Barret menuliskan, pada 1959, Evening Bulletin menugaskan Barrett ke bagian administrasi kepolisian, dan bekerja di Balai Kota. Reporter lainnya yang juga bertugas meliput kepolisian yaitu Nathan Kleger. Pada awal 1960, Kleger dan Barrett menuliskan berita pada halaman depan terkait Thanksgiving. Mereka menggunakan istilah "Black Friday" untuk menggambarkan kondisi lalu lintas yang buruk.
Hal ini membuat petugas polisi sibuk. Polisi tak bisa mengambil cuti kerja dan harus bekerja shift untuk mengendalikan kekacauan karena Black Friday. Dan akhirnya istilah tersebut terus digunakan. Pada 1961, para praktisi public relations berusaha mengubah persepsi publik tentang Black Friday.
Dilansir dari History, istilah Black Friday sudah tidak digunakan kembali pada 1985. Namun, pada akhir 1980-an, para pelaku bisnis menemukan cara untuk mengubah istilah Black Friday menjadi sesuatu yang mencerminkan hal positif.
Dalam buletin industri, Public Relations News, penulis menggambarkan upaya seorang eksekutif PR terkenal untuk mengubah hari Black Friday menjadi "Big Friday". Hal ini dilakukan untuk memperkuat reputasinya sebagai hari yang menyenangkan dan berbelanja bersama keluarga.
Penjualan online selama Black Friday 2019 tercatat mencapai rekor 7,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 101,7 triliun atau naik sekitar 14 persen dari tahun sebelumnya.
Oleh karena itu, Black Friday merupakan hari yang menyenangkan bagi para pedagang. Meski demikian, Black Friday juga mewakili sisi gelap konsumerisme AS.
Selama bertahun-tahun, keriuhan kerumunan yang berebt untuk mendapatkan barang dagangan dengan potongan harga telah mengakibatkan aksi kekerasan hingga menimbulkan korban luka dan meninggal dunia. Pada situasi pandemi ini, situasi berubah. Mungkin tak ada lagi keriuhan orang berbelanja dan suasana lalu lintas yang padat karena orang-orang diminta tinggal di rumah dan menerapkan jarak sosial. (beberapa sumber)